Angkot Jombang Protes Kereta Kelinci, Tak Berizin Dibiarkan Berkeliaran di Jalan

Angkot Jombang Protes Kereta Kelinci, Tak Berizin Dibiarkan Berkeliaran di Jalan
Ratusan sopir angkutan umum saat berunjuk rasa di depan Pendopo Kabupaten Jombang dan ditemui Wakil Bupati, Dishub Jombang dan Satlantas.

JOMBANG, HARIAN BANGSA - Ratusan sopir yang tergabung dalam Serikat Sopir Indonesia (SSI) berunjuk rasa memprotes keberadaan kereta kelinci. Unjuk rasa ini digelar di depan pendopo Kabupeten Jombang, Selasa (04/02).

Dengan membawa mobil angkutan umum serta membentangkan spanduk yang bertuliskan ‘Musnahkan Kereta Kelinci Di Daerah Jombang, Tindak Pelaku Dan Yang Memproduksi’, mereka menuntut agar Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Jombang segera memberikan kebijakan.

Perwakilan salah satu sopir angkutan umum H2 Mojoagung, Hari Bawan menilai ada ketimpangan kebijakan yang diterapkan pemkab setempat dalam pengelolaan jasa angkutan umum. Menurutnya, ada pembiaran atas keberadaan Sepur Kelinci (Odong-odong).

“Odong-odong ini sudah merajalela dan sangat banyak, padahal mereka tak memiliki izin resmi, tapi dibiarkan berkeliaran di jalan raya,” ucapnya pada sejumlah wartawan.

Hari juga mengatakan, selama ini sepur kelinci yang tak mempunyai izin resmi dari Dinas Perhubungan (Dishub), dibiarkan lewat di jalan raya dengan membawa penumpang. Padahal, harga carteran angkutan umum berkisar sekitar 150 ribu, sedangkan odong-odong bisa 400 sampai 600 ribu.

Jika nanti, lanjut Hari, pihak Pemkab Jombang tak merespons tuntunan para sopir, tak menutup kemungkinan nantinya para sopir yang akan menindak odong-odong tersebut di jalan raya.

Sementara, sopir lainnya, Sugito juga mengungkapkan hal yang senada. Selama ini petugas membiarkan keberadaan sepur kelinci. Bahkan ada kendaraan yang dirubah bentuk yang dinamai Tayo. Namun juga tak ada penindakan dari petugas meski tak memiliki izin.

Selain sepur kelinci, ia juga mengeluhkan adanya bus patas yang mengambil penumpang secara sembarangan. Ini juga bisa membuat pendapatan sopir angkutan umum turun. Mereka mengeluh kesulitan untuk memenuhi setoran.

“Bus patas mengambil penumpang sembarangan, seperti di perempatan Sambong ke Utara. Bahkan jarak sepuluh meter ada penumpang diembat juga. Kami kesulitan cari setoran, dulu pendapatan 90 ribu masih bisa untuk setoran 50 ribu. Saat ini cari 30 ribu untuk setoran sangat susah,” terangnya.

Para pengunjuk rasa tersebut ditemui oleh Wakil Bupati Jombang, Sumrambah di depan pintu gerbang pendopo. Meski tak bisa melakukan dialog terkait tuntutan sopir, Wabup berjanji akan mengundang sopir angkutan umum guna membahas permasalahan tersebut Minggu depan.

“Kita janji minggu depan, entah undangannya dari pemkab atau kepolisian, nanti aspirasinya disampaikan saat pertemuan setelah 7 harinya Gus Sholah,” ucapnya.

Usai ditemui Wakil Bupati, ratusan pengunjuk rasa selanjutnya membubarkan diri dengan tertib dan kondusif. (aan/ns)