Dugaan Korupsi Gebyar Batik Pamekasan ,  Polisi Mulai Minta Keterangan

Pelaporan ke Polres Pamekasan sudah memasuki tahap pemeriksaan, hal tersebut dibenarkan oleh Harsya Budi Bakhtiar, Kasi Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Disperindag Pamekasan

Dugaan Korupsi Gebyar Batik Pamekasan ,  Polisi Mulai Minta Keterangan
Harsya Budi Bakhtiar, Kasi Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Disperindag Pamekasan saat menemui para pendemo beberapa waktu lalu.

Pamekasan, HB.net - Dugaan korupsi yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperidag) Kabupaten Pamekasan terkait dengan Gebyar Batik Jawa - Bali yang telah terlaksana tahun 2022, dilaporkan ke Polres Pamekasan.

Bahkan, pada tanggal 30 Januari 2023 Disperindag didemo oleh puluhan aktifis yang tergabung dalam Front Aksi Massa (Famas), demo tersebut untuk meminta klarifikasi terkait dengan dugaan korupsi tersebut.

Pelaporan ke Polres Pamekasan sudah memasuki tahap pemeriksaan, hal tersebut dibenarkan oleh Harsya Budi Bakhtiar, Kasi Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Disperindag Pamekasan.

"Iya memang ada beberapa yang dimintai keterangan dik," katanya saat dihubungi oleh BANGSAONLINE.com lewat aplikasi Whatsap (WA).

Harsya juga membeberkan dan meminta tolong untuk tidak memperkeruh keadaan ataupun menjadi konsumsi publik terkait dengan pemanggilan yang dilakukan Polres Pamekasan.

"Mohon dibantu juga teman-teman media, supaya tidak rame dan menjadi konsumsi publik," katanya.

Selain itu, Abdus Salam selaku Kordinator massa aksi demo kemarin sempat menyinggung, Disperindag Kabupaten Pamekasan dalam orasinya, dari pada mengggelar gebyar batik Jawa-bali mending anggaran 1,5 Miliar tersebut diberikan modal pada masing-masing pengrajin batik.

Ia juga mempertanyakan harga batik di Pamekasan yang paling mahal itu berapa dan setelah gelaran gebyar batik tersebut, batik yang sudah laku terjual itu berapa?

"Saya tanya Disperindag ini, yang bertanggung jawab atas kegagalan kegunaan anggaran ini disperindag ?," ujar Harsya.

Dengan anggaran sebesar itu, namun tidak sesuai dengan manfaat bagi pembatik sehingga diduga ada penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan dan diduga anggaran hanya buat bancaan saja.

"Kalau ini menghabiskan 1,5 miliar kemudian targetnya tidak jelas, saya tanya harga batik paling mahal laku berapa setelah gebyar batik, namun tidak bisa menjawab," pungkasnya. (err/ns)