Gunarti, KBI, dan CSV yang Terbukti

Kehadiran PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI rupanya sangat berfaedah bagi warga Desa Selopamioro.

Gunarti, KBI, dan CSV yang Terbukti
Gunarti (dua dari kanan) menerima bantuan timbangan elektrik dari Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi.

Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Kehadiran PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI rupanya sangat berfaedah bagi warga Desa Selopamioro. Bantuan peralatan untuk meningkatkan produktivitas usaha mikro kecil menengah (UMKM), sangat dirasakan mereka.

Gunarti, 42 tahun, salah satu contohnya. Perajin kripik tempe ini mendapat bantuan dari KBI berupa alat pemotong tempe mekanis. Dengan menggunakan tenaga listrik, usahanya kini berkembang dan meluas. Kripik tempenya tak hanya dinikmati oleh warga sekitarnya.

Warga Dusun Lanteng II, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY ini sudah sembilan tahun menjadi perajin kripik tempe. Selain tempe, ia juga membuat kripik pare dan peyek mini bertabur kacang.

“Selama ini, sebelum mendapat bantuan, saya hanya kerjakan secara manual,” ungkap wanita ini, bercerita, Rabu (17/3) lalu.

Proses manual pemotongan tempe adalah menggunakan pisau. Dengan menggunakan pisau, terkadang potongan-potongan tempe kurang presisi. Ada yang berukuran besar, ada pula yang kekecilan.

Gunarti menjadi salah satu anggota kelompok tani wanita. Dia ikut kegiatan pemberdayaan pengembangan UMKM pangan lokal untuk mitigasi pasca Covid-19.

Namun, setelah ia mendapat bantuan dari KBI bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), usahanya meningkat. Dengan alat pemotong tempe bantuan KBI, pekerjaannya lebih cepat dan lebih mudah. “Produksi saya juga lebih banyak,” tukasnya.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bukit Dermo, Mustika Hidayat (dua dari kiri) berdialog dengan Prof Lilik Sutiarso, dan Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi.Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bukit Dermo, Mustika Hidayat (dua dari kiri) berdialog dengan Prof Lilik Sutiarso, dan Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi.

Jika sebelum mendapatkan bantuan peralatan dari KBI, ia hanya bisa memproduksi 5 bungkus kripik tempe sehari. Namun, setelah mendapatkan peralatan tersebut, produksinya melonjak 10-20 bungkus per harinya.

Dengan harga Rp 4.000 per bungkus, Gunarti kini bisa memperluas pasar penjualannya. Kini, produk kripik tempenya dijual hingga kawasan Gunung Kidul, Pantai Parangtritis, hingga Parang Kusumo. Padahal, dulunya hanya diedarkan ke warung-warung dekat rumahnya.

Kisah lain juga dituturkan Mustika Hidayat. Dia adalah ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bukit Dermo, Desa Selopamioro. Menurutnya, selama pandemi ini memang pendapatan Mini Kafe Gubuk Dermo merosot.

“Kedatangan rombongan KBI ke sini seperti pemicu bagi kami untuk bangkit mengelola Bukit Dermo,” ungkap Mustika Hidayat.

Menurutnya, dengan kedatangan rombongan KBI ke lokasi wisata ini diharapkan bisa mendongkrak kunjungan wisatawan. Selama ini Bukit Dermo lebih banyak dikunjungi pegowes. Itu pun kebanyakan pada akhir pekan dan hari libur.

Sementara, Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi mengungkapkan, kehadiran korporasinya tidak hanya profit oriented saja. Namun juga ikut berkontribusi kepada masyarakat.

“Kalau ingat 3P (Planet, People, Profit), ini adalah bentuk kontribusi people, karena kita bicara tentang ekosistem. Oleh karena itu, kami ingin Creating Shared Value (CSV) bukan hanya Corporate Social Responsibilty (CSR) saja,” ungkap Fajar Wibhiyadi.

Menurutnya, dengan konsep ini, KBI mengedepankan aspek tumbuh bersama dengan masyarakat yang diberikan bantuan. Dengan kata lain, mengembangkan program CSR yang menciptakan nilai manfaat bersama bagi perusahaan dan semua pemangku kepentingan.

Sementara, Kepala Desa Selopamioro Sugeng mengucapkan terima kasih atas pendampingan dan ilmu yang diberikan KBI dan UGM. Langkah ini tidak lain untuk percepatan ekonomi lokal di tengah pandemi.

“Para pelaku home industry pangan juga bisa berkomunikasi dengan para pakarnya,’ tukasnya.(rd)

.