Kota Mojokerto Sukses Turunkan Angka Stunting

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, data problem stunting di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2021 mencapai 23,5 persen.

Kota Mojokerto Sukses Turunkan Angka Stunting
Walikota Mojokerto memberikan sambutan dalam pertemuan dengan BKKBN Jatim.

Mojokerto, HARIANBANGSA.net - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, data problem stunting di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2021 mencapai 23,5 persen. Sedangkan Kota Mojokerto tercatat menjadi daerah dengan problem stunting terendah, yakni di angka 6,9 persen.

Berdasar capaian ini Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur Eva Mariana menyampaikan akan menjadikan Kota Mojokerto sebagai pilot project desa zero stunting. Hal tersebut disampaikan Eva saat bertemu Walikota Mojokerto Ika Puspitasari di Ruang Sabha Pambojana, Rumah Rakyat.

Disamping menjadi pilot project zero stunting, Eva juga menyampaikan bahwa kinerja dan program kerja Bangga Kencana di Kota Mojokerto dari hasil evaluasi dinilai sangat bagus. Pihaknya akan mengusulkan untuk memperoleh Penghargaan Manggala Karya Kencana.

“Dari hasil evaluasi kinerja dan program kerja Bangga Kencana di Kota Mojokerto sangat bagus, maka kami akan mengusulkan untuk menjadi nominasi penghargaan Manggala Karya Kencana,”jelasnya, Kamis (17/2).

Lebih jauh, Eva juga menyampaikan bahwa untuk menangani percepatan penurunan stunting, telah dibentuk satgas dari tingkat pusat sampai tingkat desa. “Untuk percepatan penurunan stunting ada satgas dari tingkat pusat sampai tingkat desa. Serta ada Tim Pendamping Keluarga yang masing-masing tim terdiri dari 3 orang dari unsur tenaga kesehatan, TP. PKK dan kader keluarga berencan,.” jelas Eva.

Terkait usulan menjadi pilot project desa zero stunting dan nominasi penghargaan Manggala Karya Kencana, Ning Ita menyambut baik hal ini. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan dalam penurunan stunting tidak lepas dari keberhasilan setiap OPD dalam menerjemahkan program prioritas kepala daerah kedalam program dan kegiatan di masing-masing OPD.

“Standar Pelayanan Minimum (SPM) paling banyak adalah pada bidang kesehatan. Ini menjadi komitmen saya. Selain percepatan penurunan stunting, sebagaimana disampaikan Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat peringatan HKN lalu, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) juga menjadi perhatian utama di Kota Mojokerto,” tegasnya.

Ning Ita, yang pada pertemuan ini didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes, P2KB) Triastutik Sri Prastini juga menegaskan bahwa Kota Mojokerto sudah memiliki fasilitas kesehatan yang memadai dalam percepatan penurunan stunting.

“Kota Mojokerto yang hanya terdiri dari 3 kecamatan dan 18 kelurahan dengan 6 puskesmas bisa disebut sudah memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Hanya perlu menguatkan edukasi kepada masyarakat terkait stunting. Karena pencegahan stunting tidak hanya dilakukan sejak bayi di dalam kandungan tetapi perlu dilakukan edukasi sejak dini termasuk kepada para calon pengantin,” tuturnya.

Pada kesempatan berbeda, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, DinkesP2KB  Nur Azizah Sri Utami menyampaikan bahwa untuk lokus desa zero stunting akan diseleksi lebih lanjut.(ris/rd)