Mulai Masuk Sekolah, Siswa Dihantui Ketakutan

Sistem belajar mengajar di Nganjuk sudah berjalan walau dalam pandemi Covid 19. Seperti yang terlihat di beberapa SMKN, yaitu SMKN 1, 2, dan 3. Mereka sudah mengawali belajar mengajar tatap muka di kelas masing-masing.

Mulai Masuk Sekolah, Siswa Dihantui Ketakutan
Siswa melaksanakan protokol kesehatan sebelum mengikuti program belajar luring. Bambang DJ/ HARIAN BANGSA.

Nganjuk, HARIAN BANGSA.net - Sistem belajar mengajar di Nganjuk sudah berjalan walau dalam pandemi Covid 19. Seperti yang terlihat di beberapa SMKN, yaitu SMKN 1,  2, dan 3. Mereka sudah mengawali belajar mengajar tatap muka di kelas masing-masing.

Sebelum masuk ke ruang kelas, mereka sudah harus mengikuti aturan protokol kesehatan. Setiap siswa harus melalui pemeriksaan thermo gun, dan wajib menggunakan masker serta face shield.

Kepala SMA Negeri 2 Nganjuk Rita Amalisa menyampaikan, pihaknya membagi per gelombamg 100 anak secara bergantian pada 10 ruang kelas. "Saya inginkan agar sistem luring (luar jaringan atau bukan online) ini bisa berjalan maksimal meski tetap pada aturan protokol kesehatan," kata Rita.

Dijelaskan, sebelum dilakukan sistem luring, sekolah sudah melakukan konsultasi. Yang terpenting surat izin dari wali murid apakah mengizinkan atau tidak. "Saya tegaskan mereka hanya konsultasi kepada guru mapelnya. Hanya satu kali dalam satu minggu, di hari Senin saja," jelas Rita.

Hal serupa juga di laksanakan di SMA Negeri 1 Nganjuk. Hal ini disampaikan Kepala Sekolah Mochhamad Asob. Dia menuturkan, masuknya siswa pada Senin (10/8), merupakan sistem pembelajaran luring. Sedangkan  sisanya  daring (dalam jaringan atau online), mulai hari Selasa sampai Jumat.

"Masuknya siswa saya batasi hanya 3 jam, tidak lebih. Kantin juga kita tutup," kata Asob, kepada Harian bangsa.

Menurutnya, kenapa mereka dibuat masuk sekolah hanya sekali di hari Senin, agar siswa bisa mudah dalam berkonsultasi kepada guru. Selain itu, mempermudah dalam mengerjakan soal yang dirasa sulit perlu dilakukan praktik.

"Memang SE bupati masih belum ada tapi, kegiatan belajar saya buat pra atau latihan," tarang Asob.

Kejadian tersebut mengundang rasa kehawatiran dari wali murid, dengan kondisi saat ini Nganjuk masih belum aman Covid 19. Salah satunya Sutikno. Dia datang ke salah satu sekolah karena merasa khawatir jika anaknya menjadi korban baru Covid-19. "Kehawatiran saya jika ada klaster baru dan siapa akan bertanggung jawab. Apalagi SE bupati juga belum turun," kata Sutikno.

Ditegaskannya, anak jangan untuk coba-coba dalam menghadapi pandemi Covid-19. Jika memang diberlakukan, setidaknya harus pada kawasan zona hijau. Bahkan harus ada izin dari pemerintah setempat dengan adanya surat edaran.

"Harusnya dengan kondisi seperti ini pemerintah harus lebih cepat ambil sikap, untuk mengeluarkan aturan seperti keputusan mendikbud," tandas Sutikno.(bam/rd)