Uapaya Disbun Jatim Tingkatkan Produktivitas Kopi Arabika, Heru: Dari Perluas Lahan hingga Rehabilitasi Kebun

Kepala Disbun Provinsi Jawa Timur, Heru Suseno,  mengatakan untuk meningkatkan produksi kopi arabika,  Disbun Jatim salah satunya melakukan perbaikan budidaya yakni menerapkan pola tanam dengan metode “Pagar Ganda Segitiga (PGS)” pada program ekstensifikasi.

Uapaya Disbun Jatim Tingkatkan Produktivitas Kopi Arabika, Heru: Dari Perluas Lahan hingga Rehabilitasi Kebun
Kabid Tanaman Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, saat meninjau areal kopi.

Surabaya, HB.net - Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur akan terus meningkatkan produksi kopi Arabica yang menjadi andalan Jawa Timur. Sampai dengan tahun 2021 lalu, luas areal kopi di Jawa Timur sekitar 113 ribu hectare dan  mampu memproduksi sekitar 68 ribu ton kopi.

Kepala Disbun Provinsi Jawa Timur, Heru Suseno,  mengatakan untuk meningkatkan produksi kopi arabika,  Disbun Jatim salah satunya melakukan perbaikan budidaya yakni menerapkan pola tanam dengan metode “Pagar Ganda Segitiga (PGS)” pada program ekstensifikasi.

"Atau melakukan perluasan areal kopi arabika di lahan baru seluas 75 hektare pada ketinggian di atas 900 meter dari permukaan laut (mdpl)," kata Kadisbun, di kantor Disbun Jatim, Kamis (3/11).

Upaya lain ialah merehabilitasi kebun dengan mengganti tanaman yang sudah tidak produktif, antara lain tanaman sudah tua atau terserang penyakit dengan alokasi pemberian bibit untuk 25 hektare. Selain itu juga melakukan intensifikasi melalui bantuan pupuk untuk meningkatkan produksi sebanyak 200 kg per hektar untuk 50 hektare.

Jumlah kelompok tani kopi di Jatim mencapai 1.343 kelompok yang terdiri 25 orang per kelompok.

"Rata-rata petani menanam kopi di lahan milik sendiri, serta memanfaatkan lahan kerja sama dengan Perhutani," kata Heru.

Guna mendukung kesejahteraan petani, Pemprovinsi Jawa Timur melalui Disbun melakukan pembinaan kepada kelompok tani melalui bimbingan teknis untuk meningkatkan SDM petani mulai dari pengelolaan kebun sampai ke pengolahan produk akhir, memberikan bantuan bibit untuk meningkatkan produksi dan produktivitas.

Selain itu, memberikan bantuan pupuk, memberikan bantuan alat penanganan panen dan pasca panen untuk meningkatkan muju biji kopi (Pulper, Washer dan Huller) dan memberikan bantuan alat pengolahan serta alat pengemas sampai mengkasilkan produk sekunder/ hilir yang siap jual.

Penanaman kopi di Jatim jenis robusta yakni di Kabupaten Malang, Banyuwangi, Jember, Blitar, Bondowoso, Lumajang dan Kediri. Sedangkan,  kopi Arabika tersebar di Kabupaten Bondowoso, Jember, Pasuruan, Situbondo, Malang dan Probolinggo.

Heru juga menyebut, tahun 2021, nilai ekspor komoditi kopi Jatim sebesar 86.383 ton dengan nilai 182.349 USD. Tahun 2022 Triwulan I mencapai  26.455 ton dengan nilai 61.747 USD.

Pihaknya berharap, agar agribisnis kopi maju terus dan menjadi unggulan penting ketahanan ekonomi di Jatim. Strategi yang dilakukan yakni tetap melakukan pendampingan bagi pelaku usahatani kopi untuk tetap mengembangkan kopi sesuai dengan baku teknis, potensi pengembangan kopi di Jatim masih cukup luas.

"Selain itu pelaku usaha kopi (Petani) didampingi dalam melakukan penanganan panen dan pengolahan kopi sesuai dengan permintaan pasar. Tidak menjual kopi dalam bentuk chery  tetapi minimal dalam bentuk green bean untuk mendapatkan nilai tambah sesuai Nawa Bhakti Setya 6 yaitu Jatim Agro (Tanam, Petik, Kemas, Olah dan Jual). Juga tetap memperhatikan kualitas dari kopi tanpa merusak cita rasa yang ada," pungkas dia. (mid/ns)