Keluar dari Buruh Pabrik Sepatu, Sukses Usaha Keripik Pisang hingga Ekspor

Wiliyah Wijiastutik terpaksa keluar dari tempatnya bekerja di pabrik sepatu.

Keluar dari Buruh Pabrik Sepatu, Sukses Usaha Keripik Pisang hingga Ekspor
Wiliyah Wijiastutik ketika melayani salah seorang pelanggannya.

Sidoarjo, HARIANBANGSA.net - Wiliyah Wijiastutik terpaksa keluar dari tempatnya bekerja di pabrik sepatu. Hal ini akibat sepi order saat Covid-19 tahun 2019 lalu. Ibu rumah tangga di Dusun Tundunan, Desa Sidomojo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo kini sukses dengan membuka usaha kripik pisang.

Produknya kini sudah mengisi etalase hampir semua toko oleh-oleh di Sidoarjo dan Kota Surabaya. Bahkan pasar ekspor di beberapa negara sudah dibidiknya.

Wiliyah Wijiastutik yang berusia 40 tahun ini membuka usaha kripik pisang di rumahnya, RT 02 RW 02 Dusun Tundunan, Desa Sidomojo, Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Beberapa olahan kripik seperti kripik bothe, kripik gadung, dan kripik pisang berbagai rasa menjadi produk andalannya.

Setiap hari ibu 2 anak ini disibukkan dengan mengolah pisang jenis raja nangka yang didatangkan dari luar daerah. Seperti Lamongan, Bojonegoro, Tuban hingga Jawa Tengah. Dibantu oleh 6 karyawan yang semuanya ibu-ibu tetangga sekitar, Wiliyah mengolah pisang mulai dari mengupas, mencuci hingga menggoreng pisang.

“Terpaksa keluar dari buruh pabrik sepatu karena pabrik sepi order. Akhirnya saya mencoba membuat kripik pisang ini. Alhamdulilah, sekarang produk saya banyak diminati orang,” ujar Wiliyah di rumah sekaligus menjadi tempat produksi kripik pisangnya, Kamis (7/9).

Awalnya produk kripik pisang dijual secara ekonomis di warung-warung dengan harga Rp 1.000 per plastic. Namun sekarang produknya dijual dengan kemasan pouch yang menarik dengan merk Visang dan dibanderol dengan harga Rp 15 ribu. “Sejak tahun 2021 dulu kripik pisang saya beri merek Visang dan kini sudah dijual di toko oleh-oleh di Sidoarjo hingga Surabaya,” tukasnya.

Dengan kemasan yang menarik, kripik pisangnya berhasil menarik minat pengusaha asal Malaysia dan membawa produknya untuk dipasarkan di Negeri Jiran. “Besok Minggu, 10 September 2023, saya diberangkatkan ke Malaysia untuk menjadi moderator pengolahan kripik pisang. Sekaligus membawa misi dagang ke Malaysia,” kata Wiliyah dengan perasaan bangga.

Selain dipasarkan secara online, hampir setiap hari ada konsumen yang datang langsung ke rumah untuk membeli kripik pisang maupun yang lain untuk dijual kembali atau untuk dimakan sendiri dengan keluarga. Seperti Emil Muchtar Efendi yang memesan 100 pouch kripik pisang untuk buah tangan pada acara di tempat kerjanya.

Menurut Emil, selain rasanya enak dan nggak serik, kripik pisang ini kemasannya menarik sehingga layak untuk dijadikan oleh-oleh tamu undangan. “Kebetulan di tempat kerja akan ada acara. Jadi saya memesan 100 kantung kripik pisang buat oleh-oleh,” kata Emil.

Namun akhir-akhir ini terdapat sedikit kendala di bahan baku pisang raja nangka. Di beberapa daerah pemasok, pisang jenis ini sulit didapat karena kekeringan, sehingga pasokan agak terhambat. Wiliyah terpaksa mencarinya hingga ke Lumajang dan Jawa Tengah. Pasalnya, dirinya tidak mau bahan baku kripik pisangnya diganti dengan pisang jenis lain.

Dari produk kripik pisang, Wiliyah mendapatkan omzet bulanan yang lumayan hingga bisa membantu penghasilan suami yang bekerja di proyek serta membantu tetangga yang menjadi karyawannya. “Alhamdulilah kalau sekitar Rp 7-8 juta dapat per bulannya,” pungkasnya.(cat/rd)