71,3 Persen Anak Memiliki Gadget

Teknologi menjadi makanan sehari-hari bagi kita semua. Tidak hanya pada kalangan dewasa, namun juga pada anak-anak.

71,3 Persen Anak Memiliki Gadget
Survei yang dilakukan KPAI dalam seminar virtual oleh FJPI.

Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Teknologi menjadi makanan sehari-hari bagi kita semua. Tidak hanya pada kalangan dewasa, namun juga pada anak-anak. Kalau orang dewasa bisa memfilter apa yang ditampilkan dalam teknologi, berbeda dengan anak-anak yang tak bisa mengetahui mana yang pantut untuk dilihat dan mana yang tidak.

"Disini peran orang tua yang bisa mengarahkan mereka. Oramg tua harus cerdas dan hebat dengan mendampingi anak ketika mereka sedang menggunakan teknologi seperti medsos, Youtube dan lainnya," jelas Asisten Deputi Partisipasi Media Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Fatahillah, dalam seminar yang digelar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI).

Ditambahkan Program Manager Ecrat Indonesia & Kordinator Ind. Child Online, Andy Ardian, pengguna internet di Indonesia sebanyak 174,5 juta pada 2020 dan menjadi 6 besar di dunia. Hal tersebut bisa berimbas positif dan bisa juga negatif. Dampak positifnya, dapat meningkatkan kemampuan dan kecerdasan. Sementara dampak negatifnya adalah menyalahgunakan

"Dampak tersebut juga terjadi pada anak, sehingga ketika anak mengenal teknologi harus didampingi. Penelitian yang dilakukan KPAI menjelaskan 79 persen anak diperbolehkan menggunakan gadget dan sisanya tidak. 71,3 persen anak memiliki gadget dan sisanya tidak. Nanti bisa dicek KPAI," ujarnya.

Mengajarkan internet pada anak bisa diibaratkan mengajarkan bersepeda. Sebaiknya harus melindungi anak terhadap konten yang salah. Gunakan aplikasi anak seperti Google Interland, Bing, Youtube for Kids, Messenger Kids by FB dan masih banyak lagi.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Putu Elvina menegaskan, selama pandemi pengguna internet meningkat 15 hingga 20 persen. Karena memang seluruh aktivitas dilakukan secara virtual. Baik proses belajar mengajar, bekerja, berbelanja dan lainnya.

"Anak yang menjadi topik bahasan terkait penggunaan gadget untuk proses belajar mengajar ternyata persentasenya sedikit. Dari survei yang kita lakukan, hanya 21 persen yang menggunakan internet untuk pendidikan atau belajar. Sisanya untuk hal lain, seperti melihat Youtube 52 persen, belanja, dan lain sebagainya," terangnya.

Orang tua pun banyak yang tidak melakukan pendampingan. Bahkan ada yang tidak melakukan pendampingan sama sekali. Dari survei yang dilakukan 15 persen ibu dan 27 persen ayah tidak pernah melakukan pendampingan anak saat bermain gadget. Akibatnya mereka bisa leluasa dan kadang apa yang mereka lakukan, banyak hal yamg ditutup-tutup atau disembunyikan.

"Misalnya menghapus game, konten, atau video yang seharusnya tidak dilihat, durasi internet, situs yang dilihat, atau chat dan medsos yang diikuti," kata dia.

Dalam hal ini, peran media, pemerintah, dan orang tua tentunya dibutuhkan. Apalagi peran media, menjadi edukasi pada masyarakat, membangun kewaspadaan terhadap orang tua, serta mendorong pemerintah serta pemangku kebijakan untuk memperbaiki kondisi.(sby1/rd)