Distan dan Ketahanan Pangan Jatim Genjot Perluasan Lahan Bawang Putih

Distan dan Ketahanan Pangan Jatim Genjot Perluasan Lahan Bawang Putih
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Ir. Hadi Sulistyo, M.Si

SURABAYA, HARIAN BANGSA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur terus menggenjot perluasan lahan bawang putih untuk mencapai swasembada.

 

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan, Potensi perluasan lahan bawang putih di Jatim seluas 8.651 hektare, lokasinya tersebar di Probolinggo, Pasuruan, Banyuwangi, Malang, Lumajang, Kota Batu, Mojokerto dan Magetan.

 

“Untuk tahun ini perluasan lahan rencananya kami lakukan di Banyuwangi 170 hektare, Malang 250 hektare, Probolinggo 75 hektare (APBN), Probolinggo 1 hektare (APBD), Kota Batu 50 hektare dan Bondowoso 1000 hektare,”kata dia, kepada Harian Bangsa, belum lama ini.

Bawang Putih dari Jatim

 

Adapun varietas bawang yang dikembangkan di wilayah perluasan lahan itu masing-masing yakni varietas Lumbu Hijau, varietas Lumbu Kuning dan varietas Temanggung.

 

“Kami menargetkan produksi tanaman bawang putih di Jawa Timur bisa mencapai 8.211 ton, atau meningkat dibandingkan realisasi produksi 2019 yang hanya 6.935 ton,”beber Hadi.

 

Lebih lanjut, dia mengatakan, tingkat konsumsi masyarakat di Jatim untuk komoditas bawang putih masih cukup tinggi, yakni mencapai 62.880 ton, artinya masih defisit 54.669 ton.

 

Guna mengembangkan bawang putih agar maksimal, kami menyediakan benih bermutu, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kerjasama dengan importir dan kerjasama bimbingan teknologi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jatim.

 

Sementara itu , dia menyampaikan, produksi bawang putih lokal masih belum maksimal, karena konsumen lebih menyukai bawang putih impor yang memiliki ukuran lebih besar.

 

"Dari sisi harga, bawang putih impor hanya sekitar Rp15.000/kg, sementara bawang putih lokal mencapai Rp50.000/kg,"katanya.

 

Mahalnya bawang putih lokal, karena harga benihnya juga mahal mencapai Rp65.000/kg, sementara ketersediaan benih juga terbatas.

 

“Produktivitas yang dicapai tidak optimal karena bawang putih merupakan tanaman subtropis. Dengan demikian dibutuhkan kondisi agroklimat khusus dan jadwal tanam yang tepat agar produktivitas optimal,”pungkas dia.(mid/ns)