Antisipasi Gerakan Radikalisme, Bakesbangpol Beri Penyuluhan Wawasan Kebangsaan di Jember

Kepala Bakesbangpol Jember, Edi Budi Susilo menuturkan, beberapa tempat memang ada sebagian kelompok masyarakat yang sudah mengharamkan hormat bendera dan memasang foto Presiden. 

Antisipasi Gerakan Radikalisme, Bakesbangpol  Beri Penyuluhan Wawasan Kebangsaan di Jember
Kegiatan saat penyuluhan wawasan kebangsaan di Jember.
Antisipasi Gerakan Radikalisme, Bakesbangpol  Beri Penyuluhan Wawasan Kebangsaan di Jember

Jember, HB.net - Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jember bersama TNI, memberikan penguatan wawasan kebangsaan kepada kader forum kewaspadaan dini, tantangan, hambatan dan ancaman gangguan masyarakat se-Kecamatan Patrang, bertempat di pendopo kecamatan setempat. Kamis (28/10).

Kepala Bakesbangpol Jember, Edi Budi Susilo menuturkan, beberapa tempat memang ada sebagian kelompok masyarakat yang sudah mengharamkan hormat bendera dan memasang foto Presiden. 

"Kemarin kita panggil ke Pemda, kami sampaikan silahkan kalian mengatakan hal itu, tapi jangan paksakan pemahaman anda di masyarakat, ini Indonesia, jadi jangan sampai sesama islam saling mengharamkan," terangnya.

“Juga ada faham komunisme, liberalisme dan sosialisme itu masih ada, mereka ingin merubah Ideologi pancasila. Tetapi kini yang sedang tren yakni Islam Radikal," katanya. Edi mengungkapkan, pengaruh yang mereka lakukan melalui sektor ekonomi, politik hingga media sosial.

"Untuk mengantisipasi hal itu makanya kita harus betul-betul membentengi dengan penguatan kebangsaan," ujarnya.

Menurut Kasi Pasiter Kodim 0824, Kapten Inf. Abdul Mutholib, pihaknya menggelar acara itu, sebab kelompok Radikalisme sudah mulai masuk dan memulai aksinya untuk menghancurkan NKRI. "Mereka memanfaatkan nama agama, terutama agama Islam. Karena di Negara Indonesia ini, agama tersebut pemeluknya paling banyak," ujarnya. 

Menurutnya, tantangan gerakan radikal yang dihadapi bangsa saat ini bukan hanya lewat agama, tetapi gerakan kelompok ini dalam menjalankan aksinya juga masuk di semua sektor mulai dari politik, ekonomi, sosial bahkan budaya. 

"Biasanya, mulanya masuk dan mengadopsi Agama, setelah itu mereka mengalihkan tujuannya. Awal memang masuk baik. Namun sebenarnya ada misi tertentu yang mereka bawa," terang Mutholib. Ia menjelaskan, gerakan yang dilakukan mereka ada dua yakni radikalisme kanan dan kiri, semua itu memiliki tujuan politik yang disisipkan melalui semua agama.

"Kalau Radikalisme kanan, gerakannya atas nama agama, sementara radikalisme kiri, mereka ingin merubah idiologi negara, seperti komunisme dulu, yang ingin merubah ideologi Pancasila," jelasnya. 

Menanggapi hal itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember Sunardi, untuk mengantisipasi radikalisme juga perlunya pemahaman sejarah kebangsaan. "Sehingga bisa meningkatkan jiwa patriotisme dan mengkorelasikan kondisi bangsa serta menerapkan empat pilar kebangsaan," tutupnya. (yud/eko/diy)