Paripurna Istimewa Hari Jadi Provinsi Jatim Ke-76, Diwarnai Ceramah Kebangsaan Gus Muwafiq

Paripurna istimewa Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ini menjadi lebih istimewa dengan kehadiran kiai kondang asal Sleman, Yogyakarta, KH. Ahmad Muwafiq atau kerap disapa Gus Muwafiq

Paripurna Istimewa Hari Jadi Provinsi Jatim Ke-76, Diwarnai Ceramah Kebangsaan Gus Muwafiq
Gus Muwafiq menyampaikan ceramah kebangsaan di tengah paripurna istimewa yang dihadiri gubernur, wagub, pimpinan dan anggota DPRD Jatim serta Forkopimda Jawa  Timur. foto : dokinfo.

Surabaya, HB.net - Paripurna istimewa  Hari Jadi Provinsi Jawa Timur rutin digelar setiap tahun di ruang Paripurna DPRD Jatim, Jl. Indrapura No. 1, Surabaya. Namun ada nuansa yang berbeda pada peringatan tahun ini. Ada nuansa nasionalis-religius yang kuat pada paripurna istimewa kali ini.

Paripurna istimewa Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ini menjadi lebih istimewa dengan kehadiran kiai kondang asal Sleman, Yogyakarta, KH. Ahmad Muwafiq atau kerap disapa Gus Muwafiq. Kiai kelahiran Lamongan itu memberikan ceramah kebangsaan dihadapan Gubernur, Wagub, pimpinan dan anggota dewan, serta Forkopimda Jawa Timur.

Menurut Gus Muwafiq, Indonesia adalah negara pilihan sebab banyak suku bangsa yang dulunya satu justru yang terpecah menjadi puluhan negara. Sebaliknya di Indonesia puluhan suku bangsa yang berbeda justru bersepakat untuk bersatu membentuk satu negara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kunci yang bisa menyatukan puluhan suku bangsa di Indonesia itu, kata Gus Muwafiq dikarenakan pada pendiri bangsa ini sudah menemukan konsep bagaimana manusia kembali pada fitrahnya yang merdeka, setara dan tanpa penindasan serta saling bertanggung jawab.

“Munculnya idiom roiyah (rakyat) berasal dari ajaran Rasulullah Muhammad SAW. Dimana setiap orang adalah pemimpin atas dirinya sendiri dan saling bertanggungjawab atas kepemimpinannya masing-masing,” ungkap Gus Muwafiq, Rabu (13/10/2021).

Implementasi idiom rakyat itu diwujudkan para pendiri bangsa dalam satu azas yakni Pancasila sehingga bisa menjadi jalan keluar berbagai persoalan kebangsaan. Konsep roiyah itu pasti berazaskan pada konsep ketuhanan, persatuan, kemanusian yang dituangkan dengan tegaskan melalui konsep kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

“Dan kita lah yang ada disini (DPRD Jatim) yang memikul tanggungjawab besar bangsa. Maka kita harus bisa menunjukkan bahwa kita adalah negara yang dewasa, meskipun kita berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan,” pinta Kiai Muwafiq.

Alumnus Ponpes Al Ishlah Bungah Gresik ini juga mengingatkan, bahkan sekarang ini kita memasuki jaman yang belum pernah dibayangkan yang bernama milenial yang ditandai dengan era serba digital. Namun kita harus yakin dengan konsep roiyah bangsa ini akan mampu melewatinya dengan baik.

Munculnya pandemi Covid-19 adalah finishing touch milenial karena corona meminta kita menjaga jarak, sementara milenial telah menyiapkan teknologi sosial distancing. “Sekarang ini sudah bukan jamanya konvensional, semuanya serba digital teknologi,” jelasnya.

Sebagai orang yang bergerak di bidang keagamaan, lanjut Gus Muwafiq, pihaknya juga berupaya bisa menjaga dan membantu apa yang dipikirkan oleh para penyelenggara pemerintah tentang persatuan dan kesatuan.

Bahkan melakukan perintah-perintah Tuhan, para pemuka agama selalu menjaga persatuan dan kebersamaan. Sebagai contoh ketika tak pernah berdoa sendiri maka kita ajak berdoa bersama-sama melalui istighotsah sehingga bisa melahirkan proses sosial dan berujung pada penguatan persatuan serta menumbuhkan potensi ekonomi.

Dengan istighotsah maupun sholawatan hingga ziarah kubur makam para wali bersama-sama itu memiliki dampak ekonomis yang luar biasa sebab orang jualan makanan dan minuman hingga transportasi akan laku.

Proses sosial bergulir, kebersamaan juga bergulir, kita melakukan itu semua tujuannya apa? “Agar bangsa Indonesia memiliki jangkar kekuatan untuk persatuan dan agama tidak boleh menjadi bagian dari perpecahan,” ungkap Kiai Muwafiq.

“Di tengah pandemi yang mulai reda, kami mohon untuk ziarah ke makam para wali mulai dibuka pelan-pelan dan jangan banyak dituntut karena itu alasan kami untuk bersatu demi bangsa ini dengan agama yang kami yakini, sekaligus menguatkan konsep roiyah,” pinta Gus Muwafiq.

Kebersamaan yang diajarkan para pendiri bangsa adalah dengan pendekatan keagamaan (religius). Oleh karena itu nilai-nilai kebersamaan, toleransi dan menghargai perbedaan itu harus terus dipupuk agar bangsa ini bisa terus bersatu dan bisa kita wariskan pada anak cucu kita nantinya.

Sementara itu, Ketua DPRD Jatim Kusnadi mengatakan, semangat yang dapat diambil dari hari jadi Pemprov itu memang perlu terus digaungkan. Tema Jatim Bangkit dalam HUT di tahun ini dinilai sangat pas untuk menggelorakan semangat kebangkitan.

“DPRD Jatim sangat berharap bahwa peringatan hari jadi ini tidak hanya sekedar seremonial saja. Akan tetapi, mari bersama-sama untuk melakukan perbaikan dalam sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya serta terus menjaga keharmonisan seluruh elemen bangsa,” kata Kusnadi saat sambutan dalam rapat paripurna istimewa peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur Ke-76.

Paripurna Istimewa Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-76 dibuka dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. foto : dokinfo.

Kusnadi menegaskan bahwa, peringatan hari jadi tersebut tentu juga merupakan bentuk penghormatan kepada para pejuang bangsa serta tokoh Jatim yang telah berjuang untuk tanah air termasuk untuk Jatim.

Berangkat dari semangat itu pula, pembenahan dan perbaikan untuk Jatim ke depan perlu terus ditingkatkan. Hal itu yang juga dipegang oleh DPRD Jatim sebagai bagian unsur penting dalam jalannya pemerintahan daerah.

Baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan sebagainya serta terus berusaha untuk menjaga keharmonisan bagi seluruh elemen bangsa yang ada di Jatim ini,” ujar politisi PDI Perjuangan tersebut.

Terkait tema Jatim Bangkit yang diusung pada peringatan tahun ini juga menjadi pembuktian semangat seluruh pihak untuk mewujudkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat Jatim.

“Sebagaimana pepatah Jawa, Ra Ono Wong Mulyo Tanpo Urip Rekoso. Tidak ada orang yang hidup sukses tanpa kerja keras. Inilah yang harus kita jalankan untuk menuju kesuksesan Jatim,” ungkap Kusnadi.

“Kebersamaan dan musyawarah untuk mengambil kebijakan adalah kunci utama menuju kesuksesan dan keberhasilan bersama untuk kepentingan rakyat,” imbuhnya.

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dalam sambutannya mengungkapkan, kinerja Pemprov yang berjalan sejauh ini disebut sudah terukur. Namun, hal itu tak boleh lantas berpuas diri. Segala kerja harus dilakukan dengan keterpaduan dan sinergitas yang lebih kuat lagi.

“Kami menyampaikan terimakasih kepada pimpinan dan anggota DPRD Jatim yang terus membangun kemitraan konstruktif dan produktif dengan berbagai dinamika yang harus kita atasi bersama,” kata Khofifah.

Secara khusus Khofifah juga mengucapkan terima kasih kepada para kepala desa/lurah, babinkamtibmas, babinsa, bidan desa dan tim penggerak PKK serta LPMD maupun LPMK yang mau bekerja keras untuk menanggulangi pandemi Covid-19 sehingga Jawa Timur berdasar hasil assesment Kemenkes sehingga Jatim bisa mencapai level 1.

“Tracing adalah salah satu dari 6 indikator yang tak mudah dicapai. Trasser di Jatim adalah babinkamtibmas dan babinsa. Lalu swabernya adalah bidan desa dan komandannya adalah kepala desa dan lurah. Terima kasih mudah-mudahan menjadi jariyah panjenengan semua,” ujar Khofifah.

Peringatan HUT Pemprov Jatim ditandai dengan penyelenggaraan pemprov Jatim pada tanggal 12 Oktober 1945 dengan gubernur pertamanya Raden Mas Tumenggung Aryo Soerjo dan para penerus beliau.

 “Para pendahulu kita tentu mencita-citakan Jatim yang makmur, damai dan sejahtera. Dirgahayu Jawa Timur, Jawa Timur jaya luar biasa” ungkap Gubernur perempuan pertama di Jatim itu. (mdr/ns)