Pilkada Surabaya 2020, Ning Lia Tetap Eksis karena Kesetiaan Relawan

Saat ini, para kandidat  Pilwali Surabaya mulai banyak yang tenggelam dan hanya menyisakan beberapa kandidat saja yang masih eksis. Salah satu yang masih eksis adalah Lia Istifhama.

Pilkada Surabaya 2020, Ning Lia Tetap Eksis karena Kesetiaan Relawan
Surabaya Berlian, salah satu kelompok relawan pendukung Ning Lia saat aksi sosial di masyarakat. foto : istimewa

SURABAYA, HARIANBANGSA.net - Diantara 19 pilkada yang diselenggarakan di Jawa Timur, pilkada Surabaya menjadi yang paling prestisius dan menyedot perhatian publik. Tak heran banyak bakal calon yang running untuk maju. Tercatat puluhan kandidat calon walikota maupun wakil walikota yang sudah mendeklarasikan diri sejak setahun lalu. Namun saat ini para kandidat itu mulai banyak yang tenggelam dan hanya menyisakan beberapa kandidat saja yang masih eksis. Salah satu yang masih eksis adalah Lia Istifhama.

"Alhamdulillah, saya masih bisa eksis di bursa pilkada Surabaya karena relawan. Dulu saya dibilang kandidat Bonek ya Alhamdulillah. Saya ambil sisi positif, wong saya memang Suroboyo asli. Terpenting, waktu telah membuktikan siapa saja yang masih bisa running hingga saat ini. Bagi saya, fakta ini penting untuk menyampaikan pada masyarakat, bahwa ojo wedi berkarya, karena karya itu gak harus kaya, gak kudu sugeh sik. Kalau kita niat proses untuk berbuat baik, yakin saja, rejeki itu opo jare sing ngecat lombok,"ujar Lia saat dihubungi via telepon genggam, Kamis (2/7).

Perempuan yang akrab disapa Ning Lia ini melanjutkan, ia melihat sebuah kepemimpinan itu ibarat siroh (kepala) dan buntut (ekor). Kalau orang di posisi sebagai kepala, maka penting baginya sebagai pengayom yang harus peduli dan tulus pada yang ada di buntut. Dalam proses pilkada ini, beberapa kali ada kandidat yang ingin bersinergi dengan dirinya. Selalu ia sampaikan, agar jalin hubungan baik dengan para relawan. Karena tidak mungkin ia asal menerima sebuah pinangan tapi menafikan perjuangan dan kebaikan relawan.

"Kalau cuma mau madu, yaitu mengambil sebuah jaringan tanpa berusaha memahami, kenapa sebuah jaringan ini kuat? Maka haqqul yakin, orang seperti itu sangat sulit menjadi pemimpin yang memiliki grassroot kuat. Saya kira kurang keren aja, kalau orang hanya besar di permukaan tapi lemah di akarnya,"tutur putri almarhum KH Masykur Hasyim tersebut.Sosok millenial yang dikenal sebagai aktivis di berbagai organisasi itu menambahkan, pentingnya kekuatan jaringan relawan yang masih masif dimilikinya. Mereka ini bukan sekedar pendukung tapi sudah seperti keluarga besar, karena itu selalu guyub dan kompak. Apalagi ia dan relawan berproses cukup lama, sejak pilgub Jatim 2018 yang mengantarkan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. (mdr/ns)