Pungkasiadi: Jangan Salah Kaprah New Normal

Instruksi tatanan hidup baru atau new normal, harus dipahami sebagai sebuah bentuk baru kedisiplinan protokol kesehatan demi menghadapi pandemi Covid-19.

Pungkasiadi: Jangan Salah Kaprah New Normal
Bupati Pungkasiadi menyapa dan memberikan bantuan kepada warga Desa Jatirejo.

Mojokerto, HARIAN BANGSA .net - Instruksi tatanan hidup baru atau new normal, harus dipahami sebagai sebuah bentuk baru kedisiplinan protokol kesehatan demi menghadapi pandemi Covid-19. Masyarakat harus mengerti dan tidak salah kaprah, terhadap definisi tatanan baru sesungguhnya.

"Tatanan baru adalah bagian dari upaya untuk hidup produktif, dengan tetap menerapkan disiplin protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Mengingat hingga saat ini, pandemi Covid-19 tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir, " ujar Bupati Mojokerto Pungkasiadi, saat menyerahkan bantuan APD serta bahan logistik untuk Kampung Tangguh Covid-19 wilayah Kecamatan Jatirejo.

Tiga kampung yang dikunjungi antara lain Desa Sumengko, Desa Sumberjati, dan Desa Jembul, Selasa (9/6).

Menurut bupati, masih banyak yang menganggap kalau new normal itu sudah pulih semua. Padahal tidak seperti itu. Daerah wisata Pacet-Trawas baru-baru ini bahkan sangat ramai dikunjungi masyarakat. Bupati sangat khawatir, sebab data terakhir pasien positif Covid-19 di Kabupaten Mojokerto tembus 60 orang.

“Kita tidak tahu siapa yang membawa virus ini. Saat ini yang bisa kita lakukan adalah patuh protokol kesehatan, tidak boleh abai. Mulai pakai masker, jaga jarak fisik (physical distancing), rajin cuci tangan, di rumah saja jika tidak ada hal yang mendesak,” kata bupati di Balai Desa Sumengko.

Selanjutnya di Kampung Tangguh Desa Sumberjati, bupati kembali menekankan jika program ini akan tetap berbasis kegotongroyongan dan mandiri, meski Covid-19 telah berakhir sekalipun. Bupati juga minta agar kampung tangguh lebih kreatif dan inovatif ke depannya.

Selain itu, bupati juga membahas beberapa jenis jaring pengaman sosial (JPS), yang termasuk dalam bagian penanggulangan Covid-19. JPS ini berupa beberapa jenis bantuan baik tunai maupun nontunai, kepada masyarakat terdampak pandemi.

“Kita terus maksimalan JPS. Ini bagian tahapan pemulihan. Ada PKH, BPNT, perluasan PKH, perluasan BPNT, lansia, difabel, ada DD, macam-macam jenisnya.Sesuai instruksi, data penerima JPS ini tidak boleh ganda. Sehingga kita terus lakukan sinkronisasi dengan Dinsos. Kalau ada yang berhak tapi belum terdata, saya mohon segera laporan,” jabar bupati di Kampung Tangguh Sumberjati.

Terakhir di Kampung Tangguh DesaJembul, bupati tidak bosan mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan diri dan lingkungan di tengah kepungan pandemi. Meski wilayah Jatirejotidak termasuk zona merah Covid-19, bupati mengajak hal tersebut jangan sampai membuat lengah.

“Jatirejo memang tidak termasuk zona merah Covid-19. Meski begitu, kewasapdaan tidak boleh hilang. Jangan sampai meremehkan virus ini. Disiplin protokol Covid-19 harus tegak. Sebab kita tidak tahu persebaran virus seperti apa. Virus bisa dibawa dari luar (dari pendatang), tapi ada juga yang transmisi lokal atau lingkup sendiri. Ini tidak bisa diprediksi. Maka saya ingin semuanya waspada,” tandas bupati.

Untuk diketahui, bantuan yang diserahkan bupati di masing-masing kampung tanghuh berupa 200 kg beras, 4 unit APD, 250 lembar masker, 1 box sarung tangan, hand sanitizer, disinfektan, dan sabun cuci tangan masing-masing 1 jirigen.

Di hari yang sama sebelum berangkat menyerahkan bantuan ke Kampung Tangguh Covid-19 wilayah Kecamatan Jatirejo, Bupati Pungkasiadi didampingi Sekdakab Herry Suwito menerima 500 paket bantuan sembako dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mojokerto. Tiap paket terdiri dari 5 kg beras, 1 kg gula pasir, 1 liter minyak goreng serta 5 bungkus mi instan.(yep/rd)