Keluar Zona Merah, BOR Kudus Turun dari 96 Menjadi 15 Persen

Sempat menjadi kota di Pulau Jawa dengan tingkat penularan Covid-19 yang cukup tinggi, kondisi di Kabupaten Kudus kini perlahan mulai membaik.

Keluar Zona Merah, BOR Kudus Turun dari 96 Menjadi 15 Persen
HFNC yang merupakan alat hasil karya peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut dapat menjadi terapi oksigen beraliran tinggi, yang dapat membantu penyembuhan pasien Covid-19.

Jakarta, HARIAN BANGSA.net - Sempat menjadi kota di Pulau Jawa dengan tingkat penularan Covid-19 yang cukup tinggi, kondisi di Kabupaten Kudus kini perlahan mulai membaik. Hal ini turut diakui oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan selaku koordinator PPKM Mikro Darurat Jawa – Bali.

Dalam rapat evaluasi kebijakan pada Senin (26/7), Luhut menyampaikan bahwa Kudus dapat dijadikan contoh dalam menekan penyebaran virus corona, khususnya bagi sektor industri. Selaras dengan hal tersebut, Bupati Kudus HM Hartopo menuturkan membaiknya kondisi di Kudus tak lepas dari kolaborasi antara pemerintah, masyarakat serta pihak swasta dalam menanggulangi wabah berbahaya ini.

Sebelumnya, pada Juni 2021, Kudus ditetapkan sebagai wilayah zona merah merujuk total kasus aktif sebanyak 2.342 pasien, dengan kasus harian tertinggi mencapai 479 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dan positivity rate menembus angka 60 persen. Lonjakan pasien ini membuat tingkat Bed Occupancy Rate (keterisian tempat tidur) seluruh rumah sakit di Kudus mencapai 96 persen.

Keadaan semakin memburuk ketika ratusan tenaga kesehatan turut terinfeksi sehingga membuat berbagai fasilitas kesehatan kewalahan menangani pasien.Tak menyerah, seluruh elemen masyarakat di Kota Kudus bersatu bahu membahu melawan wabah sehingga dalam kurun waktu sekitar satu bulan Kudus berangsur pulih.

Mengutip situs resmi penanggulangan Covid-19 Kabupaten Kudus, hingga Selasa (27/7), kota di utara Jawa Tengah tersebut kini berstatus zona oranye (risiko sedang) dengan total pasien positif sebanyak 243 orang . Mereka sedang menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.

“Kami berterima kasih atas kolaborasi dan peran serta dari seluruh elemen yakni pemerintah pusat, Pemprov Jateng, TNI dan Polri, ketaatan masyarakat selama PPKM darurat dan juga pihak swasta, seperti Djarum Foundation yang senantiasa tanggap dalam menghadapi wabah. Sehingga Kudus bisa keluar dari zona merah penyebaran Covid-19,” tutur HM Hartopo.

Dia berharap, ke depannya masyarakat semakin menaati protokol kesehatan secara ketat sehingga Kudus segera berubah status menjadi zona hijau secepat mungkin.

Lebih lanjut, ditambahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo, membaiknya kondisi di daerahnya  dapat dilihat dari tidak adanya desa di Kudus yang berstatus zona merah dengan sebaran 44 desa berstatus zona oranye, 20 desa zona kuning dan 22 desa zona hijau (sumber: Corona.jatengprov.go.id / 18 Juli 2021). Pun demikian, pulihnya kondisi di Kudus juga dapat dilihat dengan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit yang kian hari kian menurun.

Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit juga dilakukan oleh Djarum Foundation dengan menyalurkan bantuan berupa Hospital Bed Paramount Bed 3 Crank sebanyak 300 unit ke beberapa rumah sakit di Kudus dan Jawa Tengah. Kehadiran tempat tidur tambahan ini menjadi solusi guna membendung lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Selain itu, Djarum Foundation juga turut menyalurkan donasi berupa seperangkat alat PCR test yang terdiri dari Refrigerated Centrifudge, Vortex Mixer, dan Digital dry bath. Salah satu rumah sakit yang menerima bantuan alat PCR test tersebut adalah RSUD Loekmono Hadi, Kudus.

Dokter Abdul Aziz Achyar selaku direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus mengatakan, pemberian bantuan alat PCR Test tersebut sangat membantu proses testing dan tracing bagi warga Kudus.

“Penanggulangan Covid-19 di Kudus tak lepas dari dilaksanakannya tracing, testing dan treatment (3T) yang baik. Oleh karena itu, bantuan tambahan mesin PCR dari Djarum Foundation menjadi kunci utama sehingga proses 3T menjadi lebih cepat sehingga hal tersebut dapat membantu proses mitigasi kondisi di Kudus, terutama ketika terjadi lonjakan kasus seperti pada bulan Juni lalu,” tandas Dokter Abdul Aziz.

Bantuan yang diberikan ke RSUD Loekmono Hadi, Kudus juga berupa alat terapi oksigen High Flow Nasal Cannula (HFNC). Alat ini bertujuan memberikan suplai oksigen bagi para penderita Covid-19 yang mengalami gangguan pernapasan. Keberadaan alat ini membantu mempercepat proses kesembuhan dan berfungsi mencegah agar pasien tidak memasuki fase berat akibat sakit yang dideritanya.(rd)