BKKBN Adakan Percepatan Penurunan Stunting di Surabaya

BKKBN bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI terus berkolaborasi dalam percepatan penurunan angka stunting di Jatim.

BKKBN Adakan Percepatan Penurunan Stunting di Surabaya
Foto bersama Lucy Kurniasari dan narasumber lainnya bersama peserta usai memberikan pengarahan kepada para peserta.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - BKKBN bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI terus berkolaborasi dalam percepatan penurunan angka stunting di Jatim.  Anggota Komisi IX  DPR RI Lucy Kurniasari menggelar sosialisasi pengendalian pencegahan stunting di Balai RW VI Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir, Surabaya, Jumat (29/10).

Plt Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Waluyo Ajeng Lukitowati didampingi Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan KB DPA5 Kota Surabaya, Siti Asiyah Agustini, juga berkesempatan hadir di acara ini.

Lucy Kurniasari mengungkapkan bahwa  Komisi IX akan terus berkolaborasi dan men-support BKKBN dalam permasalahan stunting ini. “BKKBN saat ini salah satu fokus utamanya adalah penurunan angka stunting di Indonesia. Secara nasional angka stunting ini masih sangat tinggi. Apalagi di masa pandemi, stunting harus terus diperhatikan karena dapat membahayakan,” paparnya.

Menurutnya, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mencegah terjadinya pernikahan dini. BKKBN harus terus berkoordinasi untuk memantau agar kasus pernikahan dini ini dapat dikendalikan.

Sementara itu, Waluyo Ajeng Lukitowati mengajak masyarakat untuk ikut serta membantu percepatan stunting di lingkungannya masing-masing. Menurutnya, upaya percepatan penurunan stunting ini tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah saja. “Harus ada keterlibatan dari semua sektor, pemerintah, pihak swasta, kalangan pendidikan, masyarakat. Termasuk di antaranya adalah media,” paparnya.

Dia mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi lingkungan di sekitarnya. Setidaknya untuk penurunan stunting perlu pengawalan dan pengawasan terhadap tiga kelompok keluarga. Pertama, adalah kelompok yang dalam masa pranikah.

Kedua, adalah kelompok ibu hamil yang  harus didampingi dan diawasi. Apakah mereka secara rutin sudah melakukan monitor pertumbuhan janinnya  dan memenuhi nutrisi yang cukup selama masa kehamilan. Terakhir, adalah kelompok keluarga yang memasuki pasca persalinan masa interval.

Sementara, Kebid Pengendalian Penduduk dan KB DPA5 Kota Surabaya, Siti Asiyah Agustini menuturkan bahwa angka stunting di Kota Surabaya cenderung tinggi di bandingkan sidoarjo.

”Tenaga penyuluh KB di Kota surabaya terbatas. Untuk itu, kami harus menggerakkan semua sektor untuk membantu percepatan penurunan stunting ini. Kami terus mengoptimalkan kolaborasi dengan mitra lintas sektor di Kota Surabaya. (ADV/ris/rd)